Senin, 03 Agustus 2009

" Capek " tapi menyenangkan


Peserta kirab Ancak tidak hanya di dominasi oleh orang dewasa saj tetapi anak-anak juga tidak mau kalah akan tetapi kalah capek mau gimana lagi.Istirahat dulu ya Bossss.hehehehe










Capek Deh....!!!!!!!

Bapak Bupati Pasuruan pun ikut menari


Setelah di adakan kirab maka sudah menjadi suatu keharusan bahwa setiap peserta kirab akan mengadakan sendra tari sesuai adat yang di bawakannya dan kebetulan peserta kirab yang pertama adalah dari Dusun Pasar Baru yang membawakan tari Tanduk Majeng dari Madura sesuai dengan Tema yang yang dibawakannya.Dan pada kesempatan itu pula para peserta kirab meminta dengan hormat kepada Bapak Bupati Pasuruan yaitu Bapak DR. Dade Angga untuk ikut serta menari di depan panggung kehormatan, sehingga membuat acara Grebeg Memetri Desa Wonosari menjadi semakin meriah karena Bapak Bupati Pasuruan mau ikut berbaur dengan rakyatnya.

Terbang Jidor dari Dusun Mesagi


Untuk mengiringi ritual penguburan kepala sapi selalu di iringi dengan terbang Jidor dengan harapan agar acara ini bisa berjalan dengan lancar tidak mengalami suatu hambatan suatu apapun juga.

Minggu, 02 Agustus 2009

Galeri Foto Grebeg Memetri Desa Wonosari

Nih adalah foto pada saat para tamu undangan akan menuju ke panggung kehormatan.














suasana sebelum penguntingan pita dimulai sebagai tanda di bukanya Grebeg Memetri Desa Wonosari.










salah satu peserta grebeg dari Dusun Wonosari Tengah sedang menunggu pemberangkatan











Mumpung Grebeg belum di mulai sms pacar dulu ah.he.he






Para turispun larut dalam acara Grebeg Memetri Desa Wonosari


Acara Grebeg Memetri Desa Wonosari tidak hanya di lihat oleh masyarakat se-Kecamatan Tutur dan Kecamatan lainnya tetapi para turis dari manca negara juga ikut serta menyaksikan acara ini.Ini menunjukan bahwa acara Grebeg Memetri Desa Wonosari bisa di katakan menjadi salah satu parade budaya yang patut di perhitungkan tidak hanya di Tingkat kabupaten Pasuruan tetapi juga di Tingkat Propinsi Jawa Timur.Mudah-mudahan acara ini bisa membawa dampak yang baik bagi pertumbuhan pariwisata di Desa Wonosari sendiri pada khususnya dan Kecamatan Tutur pada umumnya.

Anak Kecil pun juga ikut serta dalam Parade Ancak


Acara Parade ancak bukan monopoli kaum muda saja tetapi juga anak-anak juga ikut serta selalu didalamnya karena acara ini dibuat buat semua warga Desa Wonosari mulai yang kecil sampai yang tua pun juga ikut serta.

Dayang-dayang Grebeg Memetri Desa Wonosari


Tak lupa sebagai pelengkap setiap Dusun akan ditemani oleh dayang-dayang yang merupakan asli gadis dari Desa Wonosari sendiri.

Perebutan Ancak


Setelah kirab parade ancak berakhir tibalah saat yang sudah ditunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat se-Kecamatan Tutur yaitu berupa perebutan ancak tetapi sebelum di mulai terlebih dahulu akan di doai oleh 3 tokoh agama yaitu Islam,Kristen serta Hindu baru setelah itu di adakan pemukulan gong sebanyak 17 kali baru boleh di serbu.

Fragmen Grebeg Memetri Desa Wonosari tahun 2007


Setelah acara penguntingan pita dimulai maka acara kirab parade ancak dimulai tetapi sebelum itu akan ditampilkan sendra tari terlebih dahulu.

Pengungtingan Pita oleh Bapak Bupati Pasuruan


Tepat tanggal 18 Agustus 2007 Grebeg Memetri Desa Wonosari tahun 2007 resmi di buka oleh Bapak Bupati Pasuruan yaitu Bapak H. Jusbakir Aljufri, dengan didampingi oleh Bapak Camat Tutur H. M. Fahmi Fitriantoro SE,MM beserta seluruh tokoh masyarakat Desa Wonosari juga nampak di belakang adalah para tamu undangan dari Disparta Propinsi Jawa Timur dan Disparta Kabupaten Pasuruan juga ikut serta larut dalam suasana hiruk pikuk Grebeg Memetri Desa Wonosari tahun 2007.

Ancak dari Dusun Karang Anyar


Dusun Karang Anyar yang merupakan dusun dengan jumlah penduduk yang sedikit dibandingkan dengan dusun-dusun yang lain juga tidak mau kalah didalam acara Parade ancak, mereka menampilkan dua ancak sekaligus yaitu berupa Kuda dengan kepala seoarang wanita serta Kereta Kencono dengan di depannya ada seekor naga serta seorang pemuda dengan busur di tangan begitu yang disampaikan oleh Bapak Kepala Dusun yaitu Bapak Edi Sumantoro.Dibelakang ancak tak lupa para punggawa dengan mengunakan baju kebesaran berupa lorek-lorek khas Madura ikut serta menghiasi parade Ancak kali ini.

Ancak dari Dusun Mesagi


Ancak dari Dusun Mesagi mengambil tema pewayangan dengan mengunakan simbol ancak berupa Werkudoro dengan harapan agar seluruh masyarakat Dusun Mesagi mempunyai sifat yang gagah berani dalam menghadapi setipa rintangan dan hambatan serta siap membela kebenaran begitu yang sampaikan oleh Bapak Kepala Dusun Mesagi yaitu Bapak Subiantoro.Selain ancak tersebut juga di ikuti kuang lebih 250 orang dengan mengunakan baju khas keraton serta dayang-dayang yang kesemuanya merupakan warga dari Dusun Mesagi sendiri.

Ritual Penguburan Kepala sapi


Barisan di depan adalah ancak berupa Naga Sosro yang di atasnya ada Kepala sapi yang nantinya setelah di arak keliling desa akan di kubur di dalam Pasar Desa Wonosari.Kepala sapi adalah sebagai simbol rasa syukur seluruh masyarakat dan para pedagang yang berada di Desa Wonosari atas rejeki yang sudah diberikan oleh Alloh SWT selama ini serta sebagai permohonan agar seluruh masyarakat diberikan keselamatan dan ketentraman di dalam menjalankan semua aktivitasnya sehari-hari. Ancak Naga Sosro ini dikawal oleh para karyawan Pasar Desa Wonosari dengan mengunakan baju lorek khas Madura.

Peserta Parade Ancak dari Dusun Putuk


Tidak mau kalah dengan dusun-dusun yang lain maka Dusun Putuk dengan Kepala Dusunnya Bapak H. Ahmad Roji kali ini menampilkan tema Naga Perak dengan dilengkapi dengan 2 buah payung dimana diatasnya terdapat sepasang raja kecil sedang naik diatas punggung naga perak tersebut, dan dibelakangnya para punggawa siap mengamankan ancak dengan mengunakan baju kebesaran warna hijau dan tak lupa di belakang naga perak tersebut berjajar warga dari Dusun Putuk mengikuti dari belakangnya.

Peserta dari Dusun Wonosari Tengah


Peserta yang satunya ini adalah dari Dusun Wonosari Tengah dengan komandannya atau kepala Dusunnya yaitu Bapak Mariyono mengambil tema dari Daerah Bali dengan ciri khas berupa Gapura dengan hiasan berupa payung kuning serta makanan yang menghiasi latar gapura serta para pengiring yang kebanyakan terdiri dari ibu-ibu dengan mengunakan baju warna kuning juga yang di dampingi juga oleh anak-anak kecil yang berjumlah kurang lebih sebanyak 100 anak kecil ikut serta ikut dalam parade ancak ini.

Paserta Grebeg Memetri Desa Wonosari dari Dusun Wonosari Barat


Semenjak Grebeg Memetri Desa Wonosari di gelar Dusun Wonosari Barat tidak pernah ketinggalan ikut serta dalam acara Parade Ancak yang pada tahun 2008 mengambil tema berupa Caplokan atau sejenis Doger atau sejenis naga.Dimana semuanya terbuat dari makanan terutama yang paling banyak dari makanan snack.dengan ukuran 2X 3 m dengan ketinggian hampir 2,5 m menjadikan acara ini seperti naga raksasa yang siap menelan siapa saja begitu kata Bapak Kepala Dusun Wonosari Barat yaitu Bapak Bagong.Masih menurut Bapak Kepala Dusun tersebut keikutsertaan dalam acara Grebeg Memetri Desa Wonosari 2008 selain sebagai rasa syukur Kepada Alloh SWT atas rejeki yang sudah diberikan pada kita semua juga sebagai ajang adu kreasi dengan dusun-dusun yang lain.

Peserta Grebeg Memetri Desa Wonosari dari Dusun Ngadipuro


Salah peserta Grebeg Memetri Desa Wonosari Tahun 2008 adalah salah satunya dari Dusun Ngadipuro yang menampilkan Ancak bertemakan Reog Ponorogo.Selain itu juga para peserta kirabnya juga mengenakan busana khas Ponorogo.Dan seperti yang kita lihat bahwa ancak tersebut terbuat dari beraneka macam makanan dan sayuran yang pada nantinya akan di perebutkan setelah adanya pemukulan gong sebanyak 17 kali begitu yang disampaikan oleh Bapak Kepala Dusun yaitu Bapak Bambang.

Jumat, 24 Juli 2009

Peserta Grebeg Memetri Desa Wonosari tahun 2008 dari Dusun Pasar Baru


Salah satu peserta Grebeg Memetri Desa Wonosari Tahun 2008 adalah dari Dusun Pasar baru yang menampilkan ancak berupa Pak Sakera beserta Kerapan Sapinya.Tema ini di ambil dengan mengambil budaya dari Madura menurut Bapak Kepala Dusun Pasar Baru yaitu Bapak Muhammad Sarbini agar masyarakat khususnya yang ada di Dusun Pasar Baru mempunyai semangat yang tidak mengenal menyerah dalam menghadapi setiap tantangan dan hambatan seperti yang digambarkan oleh karakter Pak Sakera ini yang mempunyai sifat pantang menyerah,tak mudah putus asa serta selalu bisa membedakan antara kebaikan dan kejelekan.Selain menampilkan ancak berupa Pak Sakera dan Kerapan sapinya rasanya kurang lengkap apabila tak menampilkan juga tari Tanduk Majeng yang di bawakan oleh para ibu-ibu serta adik-adik kecil yang berjumlah kurang lebih ada 150 orang dengan mengenakan baju khasnya yang berwarna merah menyalah serta bingel sebagai pelengkap hiasan kakinya.Mereka menari sepanjang jalan rute kirap yang dilaluinya setelah sampai di panggung kehormatan mereka menari secara serentak di iringi dengan musik.

Rabu, 15 Juli 2009

Grebeg Memetri Desa Wonosari 2009






LATAR BELAKANG

UMUM

S

elamatan desa yang dilaksanakan setiap tahun oleh pemerintah dan dihadiri seluruh masyarakat desa dengan tujuan untuk memohon keselamatan desa dari segala : Mara bahaya, Bencana alam, Pagebluk, Paceklik, Kerusuhan yang disebabkan oleh manusia dan lain-lain. Wahana untuk mengoreksi diri sendiri dan masyarakat terhadap pembangunan desa, memohon rahmat dan berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ungkapan rasa syukur atas rahmat dan hidayah-Nya.

Konon pada zaman kolonial Belanda perekonomian di Desa Wonosari sudah terasa cukup makmur. Mengingat secara geografis Desa Wonosari Nongkojajar sangat strategis baik di sektor pertanian, peternakan dan wisata, hal itu terbukti dengan banyaknya perkebunan dan juga berdirinya hotel. Dengan kondisi itu membawa kebisaaan masyarakat dalam suatu aktifitas ekonomi dan perdagangan, sehingga terciptalah sebuah pasar tradisional yang berpusat di Dusun Ngadipuro. Seiring perjalanan waktu, perkembangan pasar tradisional tersebut melibatkan masyarakat tidak hanya dari Desa Wonosari Nongkojajar akan tetapi desa-desa di sekitarnya banyak yang mengadakan kegiatan perdagangan di pasar tersebut. Sayangnya secara hukum oleh pemerintah kolonial Belanda pada waktu itu pasar tersebut dianggap liar sehingga setiap pasukan Belanda melakukan patroli, kerap sekali bertindak anarkis dan sangat merugikan masyarakat yang melakukan aktifitas di pasar tersebut. Berawal dari kejadian inilah tokoh – tokoh masyarakat pada saat itu berkumpul dan urun rembug dan menelorkan sebuah kesepakatan yaitu mengadakan selamatan untuk memohon perlindungan dan rezeki kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Adapun bentuk acara tersebut yaitu selamatan keliling desa dengan membawa ancak dari semua dusun yang diarak keliling desa untuk mengiringi kepala sapi untuk dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai simbol pengorbanan atas sebagian rezeki yang telah diterima dan memohon keselamatan agar dalam aktifitas sehari-hari selalu mendapat lindungan Tuhan. Salah satu kepercayaan para tokoh atau masyarakat pada waktu itu adalah masih kentalnya dengan cerita pewayangan kisah Pandawa: tentang gonjang – ganjing negeri Astina, pada saat itu Pandawa dengan ditemani punakawan pergi ke hutan memohon bantuan kepada dewa atau Sang Hyang Widhi agar negerinya diberikan berkah kemakmuran. Pendawa Lima melakukan tapa Brata selama 40 hari. Setelah genap melakukan tapa Brata akhirnya wangsirpun muncul, bersamaan di depan Pendawa Lima berdiri seekor lembu. Menurut cerita lembu tersebut adalah lembu Andini yang merupakan kendaraan Betari Durga yang telah ditugaskan membantu Pandawa untuk keluar dari permasalahanya. Dan berdasarkan wangsir yang diterima akhirnya Pandawa kembali ke negerinya dengan membawa lembu Andini untuk dipelihara (Lembu atau sapi disebut rajakaya atau simbol harta benda yang lebih mengacu pada predikat duniawi) dan dimanfaatkan tenaganya untuk mengelolah tanah pertanian, dan diperah untuk diminum susunya. Lembu Andini dipelihara dan dirawat dengan sangat baik sampai akhirnya beranak pinak, seiring dengan itu pertanian dan perekonomian negeri Astina berkembang pesat layaknya Desa Wonosari Nongkojajar yang tercinta ini. Setelah dirasa cukup besar Lembu Andini dalam membantu permasalahan di negeri Astina, Pandawa pun sepakat mengembalikan lembu tersebut kepada Sang Hyang Widhi, berkaitan dengan hal itu Sang Hyang Widhi memberikan wangsir lewat Basu Dewa Krisna :

yang akhirnya Krisna memerintah kepada Pandawa untuk menyembelih kepala Lembu Andini dan dagingnya dibagikan kepada rakyatnya sedangkan kepalanya dikubur di pusat kota untuk dipersembahkan kepada Sang Hyang Widhi. Dari cuplikan cerita ini kemudian dicontoh oleh pemuka Desa pada saat itu. Rupanya doa para tokoh dan seluruh masyarakat kala itu benar – benar dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sejak saat itu keadaan desa Wonosari Nongkojajar menjadi lebih baik, Aktifitas di pasar Ngadipuro semakin aman, terbukti pada saat pasukan Belanda melakukan patroli seolah – olah tak menghiraukan segala aktifitas perdagangan di pasar tersebut. Masyarakat mempercayai setelah diadakan selamatan desa bisa merasakan perkembangan ekonomi waktu itu sehingga dijadikan satu adat yang dilaksanakam setiap tahun dan turun – temurun sampai saat ini.

KHUSUS

Desa Wonosari atau Nongkojajar utamanya merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan dan secara geografis terletak di lereng Pegunungan Tengger. Adalah merupakan akses utama menuju Gunung Bromo dari jalur Kecamatan Purwodadi. Desa Wonosari Nongkojajar terdiri dari 7 Dusun yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur sebagai Desa Wisata dengan berbagai kekayaan alam dan keragaman budaya maupun adat istiadat. Nongkojajar diharapkan dapat menjadi ujung tombak dalam pengembangan aset dan potensi daerah utamanya dalam bidang pariwisata.

Kegiatan Ritual Adat dalam acara Grebeg Memetri Desa yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat dan merupakan tradisi Nenek Moyang hingga sekarang telah menjadi salah satu moment penting yang perlu dilestarikan.

Oleh karena itu sejak tahun 2006 acara tahunan ini tidak hanya berupa acara ritual saja akan tetapi menyuguhkan semua ragam seni budaya tradisional yang ada di Desa Wonosari dan beberapa jenis hiburan yang bernuansa Agamis serta seni modern yang dikemas dalam sebuah festival dan parade budaya yang sengaja dijadikan suatu varian tujuan kegiatan, sehingga diharapkan masyarakat tertarik untuk berkreasi dan menampilkan kelebihan seni budaya masing-masing dengan. Selain itu Nongkojajar dengan hasil pertanian yang mempunyai keunggulan dari daerah lain berupa aneka sayur, buah dan bunga dalam kegiatan ini masyarakat diberi kesempatan untuk menggali, mengembangkan dan berkreasi makanan serta minuman terutama makanan khas tradisional yang diharapkan nantinya sebagai salah satu ciri khas untuk wisata kuliner.

Untuk memacu kreativitas masing-masing peserta yang terus berkembang , Panitia memberikan penghargaan dan piala bergilir juara umum dari masing-masing kategori, dari sini diharapkan agar seni budaya beserta kreasi-kreasi potensi wisata dapat terus dilestarikan dan dikembangkan.

Visi


Media seni budaya yang dikemas dalam sebuah konsep yang indah, sakral dan bersentuhan dengan nilai-nilai adat leluhur untuk membangun sebuah budaya daerah yang patut untuk dilestarikan dan dikembangkan.



Misi

  • Membangun konsep seni daerah guna menyaring budaya barat dan sekuler.
  • Menggairahkan semangat kreatifitas seni di kalangan masyarakat Desa Wonosari serta menciptakan wahana bagi pekerja seni yang bernafaskan budaya daerah untuk berkarya lebih professional.
  • Menciptakan kreatifitas masyarakat di bidang agrowisata dalam memaksimalkan produk unggulan Nongkojajar.
  • Mematangkan kesiapan masyarakat dalam menyambut program desa wisata.

Tema

Kami mengangkat tajuk Grebeg Memetri Desa Wonosari tahun 2009 "KIPRAHING JANMA CHANDRANING NALA" ( Perilaku manusia adalah cerminan dari hati). Intisari tema tersebut di atas di cuplik dari kisah jamus kalimasada, mengisahk an tentang Putera mahkota Kerajaan Amarta yang bernama Punta Dewa ( Yudhistira ) saat masih usia remaja mendapatkan anugrah dari sang Hyang Wenang berupa sebuah pusaka mumpuni, pusaka tersebut tidak berbentuk se cara cisik melainkan sebuah petuah ( pembelakan hati ) yaitu 5 (lima) tuntunan untuk mencapai kehidupan yang sempurna. Adapun isi petuah tersebut ;
1. Kejujuran

2. Keikhlasan
3. Keteguhan
4. Kesabaran
5. Kepasrahan
Dewi Kunti istri dari Pan du Dewanata yang baru saja melahirkan Punta Dewa saat itu mendapat wangsit bahwa kelak anaknya akan menjadi pemimpin besar dari sebuah kerajaan. ketika Punta Dewa menginjak remaja Dewi Kunti lewat mimpinya didatangi Betara Dharma dengan membawa pesan agar Dewi Kunti berkenan hadir ke Nirwana untuk mengambil sebuah pusaka yang maha dahsyat sebagai bekal puteranya ( Punta Dewa) kelak menjadi raja Amarta, setelah Dewi Kunti terbangun keesokan harinya beliau mengajak Punta Dewa dan ditemani adik - adiknya berangkat ke nirwana dan ketika dalam pe rjalanan menuju nirwana mereka dihadang oleh Denawa (Raksasa ) yang berusaha dengan berbagai upaya untuk menggagalkan mereka mendapatkan pusaka Jamus Kalimasada tersebut.
Pendawa yang diwakili oleh Permadi dan Bratasena berhasil mengalahkan para Denawa tersebut dan pada akhirnya mereka berhasil menghadap Sang Hyang Wenang untuk mendapat pusaka Jamus Kalimasada. Dengan Pusaka Jamus Kalimasada yang tertanam di dalam hatinya menjadikan Punta Dewa seorang Raja yang arif, bijaksana dan bisa membawa negeri menjadi Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tenterem Kerta Raharja.
"KIPRAHING JANMA CHANDRANING NALA" Lewat tema tersebut kami berharap semua pemimpin di negeri ini hendaknya tersirat pancaran Jamus Kalimasada yang bisa membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Tema kegiatan tersebut, karena kami merasa prihatin dengan keadaan Negaradan Bangsa yang sampai saat ini sekarang masih belum sepenuhnya terlepas dari berbagai persoalan yang silih berganti mendera kehidupan masyarakat. Dengan pancaran dan kedahsyatan Jamus Kalimasada hendaknya bisa menjadikan seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan introspeksi diri, memacu semangat hidup dengan penuh kerukunan, bekerja lebih giat, dan berpasrah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar segala bentuk rencana, persoalan, dan musibah yang menerpa negeri ini lambat laun bisa diatasi. Melalui kegiatan Grebeg Memetri ini pula kami ingin memberikan informasi bahwa Nongkojajar merupakan daerah yang memiliki aneka ragam seni budaya dan produk unggulan (sayur, buah, dan bunga) yang patut untuk dijadika n salah satu tujuan wisata di Kabupaten Pasuruan dan Propinsi Jawa Timur uga dapat dinikmati oleh wisatawan asing maupun domestik yang dampaknya berpengaruh terhadap kesejahteraan pada masyarakat.
Pada pelaksanaan Grebeg Memetri Desa Tahun 2009 telah dihadiri sekitar 40 ribu pengunjung baik domestik ataupun manca Negara disamping tamu kehormatan yaitu Bupati Pasuruan beserta Kepala Dinas terkait juga dari Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur. Pada pelaksanaan tahun 2007 adalah tonggak awal dijadikannya Grebeg Memetri Desa Wonosari sebagai kegiatan tahunan oleh Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur maupun Kabupaten Pasuruan.
Tujuan Kegiatan
  • Penggalian sejarah dan budaya daerah,
  • Mengembangkan potensi dan aset daerah
  • Wonosari sebagai tujuan wisata budaya dan wisata sesa,
  • Menyukseskan sabuk wisata Kabupaten Pasuruan (Pasuruan

    City of Mountain) dan rogram Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur yaitu Agropolitan Kecamatan Tutur Nongkojajar.
Konsep kegiatan
  • Mengangkat Momen ritual Adat Daerah yang dikenal denagn istilah "Selamatan Desa Wonosari berupa Penguburan kepala Sapi" yang merupakan kegiata n rutin dilaksanakan setiap tahun oleh penduduk sekitar, yang dipercaya sebagai ritual tolak balak.
  • Dengan tidak mengurangi nilai sakral serta nilai - nilai seni budaya, kami mencoba menggabungkan kegiatan tersebut sengan kegiatan lain yaitu parade budaya serta Pasar Rakyat untuk menambah kesan estesis serta menambah nilai manfaat bagi masyarakat( secara terperici pada gambaran kegiatan ).
Sasaran
umum :
  • Masyarakat, Wisatawan lokal dan Wisatawan asing.
Khusus :
  • Masyarakat Nongkojajar
Target pengujung :
  • 50.000 pengunjung (tahun 2008 40.000 pengunjung)
Suguhan Acara
Jenis kegiatan
a. Pembukaan Pasar Rakyat : mulai tanggal 15 Agustus 2009 jam 09.00 WIB
b. Funbike : mulai tanggal 15 Agustus 2009 mulai jam 09.15 WIB
c. Musik Dangdut : tanggal 15 Agustus 2009 mulai jam 10.00 WIB
d. Pencak Silat : mulai tanggal 15 Agustus 2009 mulai jam 19.00 WIB
e. Jaranan : mulai tanggal 15 Agustus 2009 mulai jam 20.00 WIB
f. Campur Sar i: mulai tanggal 15 Agustus 2009 mulai jam 21.00 WIB
g.Olah Raga Tradisional Ojung : mulai jam 09.00 WIB - selesai tanggal 16 Agustus 2009
h.Jaran Goyang / Campursari : mulai jam 17.00 WIB tanggal 16 Agustus 2009
i. Pentas Seni Pelajar SD s/d SMU : mulai jam 11.00 - 15.00 WIB tanggal 17 Agustus 2009
j.Istighotsah Bersama : mulai jam 08.00 WIB tanggal 18 Agustus 2009
k. Parade Budaya/ Grebeg Memetri Desa dan penguburan Kepala Sapi, Perebutan Ancak : mulai jam 09.00 WIB tanggal 18 Agustus 2009
l. Pentas Seni Kecamatan Tutur : mulai jam 19.00 WIB - selesai tanggal 18 Agustus 2009

Gambaran Kegiatan
  • Istighotsah Bersama
  1. Sebelum seluruh kegiatan dilaksanakan, diadakan kegiatan istighotsah dan do'a bersama yang dilakukan di Masjid Dusun Putuk( Lokasi start).
  2. Seluruh pemuka agama dan tokoh adat beserta masyarakat berkumpul dengan hikmad memanjatkan do'a meminta keselamatan dan berkah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
  • Parade Budaya
  1. Kegiatan arak - arakan budaya dan kesenian daerah yang menggambarkan rasa kebersamaan, kerukunan, dan kegotong royongan untuk mencapai satu kemakmuran serta tatanan k ehidupan yang lebih baik. Cerita yang diangkat adalah kisah Jamus Kalimasada sebagai simbol kepemimpinan yang adil dan kebijaksanaan terhadap rakyatnya untuk mencapai kehidupan yang lebih makmur. Kemakmuran hanya bisa dicapai dengan kerja keras, rukun dan berpasrah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
  2. Barisan pembuka adalah pembawa sepasang gunungan wayang, disusul para pemuka dan sesepuh desa kemudian dibelakangnya tokoh-tokoh kerajaan Amarta dan kereta pembawa kepala sapi yang diiringi musik adat Terbang Jidor bernuansa Islami dan di belakangnya adalah barisan warga masyarakat dari dusun - dusun dengan membawa ancak yang berisi hasil bumi.
  3. Ancak tersebut merupakan hasil kreatifitas masing-masing dusun yang berisi hasil-hasil pertanian dan kebutuhan sehari-hari dengan ukuran 2X3X2,5 m dan selama di arak keliling desa di iringi dengan kesenian khas dari masing-masing dusun tersebut.Ancak menggambarkan rasa syukur masyarakat atas karunia Tuhan Yang Maha Kuasa.
  4. Setelah di arak keliling desa dan di nilai oleh tim juri kemudian ancak tersebut diperebutkan untuk di nikmati bersama-sama.
  5. Rute perjalanan adalah dari dusun masing-masing menuju garis start di Dusun Putuk terus kemudian secara beriringan berkeliling sesuai rute yang telah di tentukan oleh panitia dan terakhir berkumpul di Lapangan Umum Desa Wonosari.
  • Ritual penguburan kepala sapi

  1. Merupakan kegiatan turun temurun yang dilaksanakan masyarakat sebagai simbol pengorbanan dari sebagian harta benda yang telah dikarunia oleh Tuhan Yang Maha Kuasa selama ini.
  2. Kepala sapi yang telah di arak keliling desa bersama-sama ancak dari semua dusun, kemudian di kubur dengan di dahului pembacaan doa bersama yang di pimpin oleh pemuka agama dan adat.
  3. Ritual tersebut dilaksanakan di Pasar Desa Wonosari sebagai lokasi penguburan.
  • Seremonial
Setelah parade budaya berkeliling desa dan prosesi penguburan kepala sapi kemudian dilangsungkan acara seremonial yaitu berupa petuah-petuah dan sambutan-sambutan :
  1. Semua peserta parade budaya dan ancak juga semua pengunjung berjejer di sekitar pangung kehormatan.
  2. Prosesi tersebut diantaranya adalah :
a. Laporan panitia pelaksana
b. Sambutan Kepala Desa Wonosari
c. Sambutan Bapak Camat Tutur
d. Sambutan Bapak Bupati Pasuruan
e. Sambutan Kepala Dinas Pariwisata Prop. Jatim
f. Panjatan doa oleh pimpinan 3 agama ( Islam, Kristen dan Hindu )
g. Pemukulan gong sebanyak 17 kali sebagai tanda perebutan isi ancak dimulai
  • Pagelaran Seni
  1. Sebagai hiburan dan suka cita masyarakat dimana semua jenis kesenian tradisional dipertunjukan di atas panggung pada siang dan malam hari selama hari pelaksanaan
  2. Pertunjukan kesenian tersebut di antaranya adalah : Jaran goyang, ojong, campur sari, pencak silat, dangdut, festival obor, dan parade pelajar.
  3. Khusus kesenian ojong di gelar pada siang hari sampai sore
  4. Panggung dibuat dengan bernuansa tradisional dengan ukuran 12X10 m
  • Pasar Rakyat
  1. Merupakan wahana berkreasi produk lokal ( kuliner ,souvenir,produk pertanian,flora dan fauna ) untuk dipamerkan maupun di jual
  2. Stand disediakan disekitar panggung hiburan lapangan umum Nongkojajar
  3. Peserta pasar rakyat terbuka untuk umum : produk unggulan yang ada disekitar Nongkojajar maupun Kabupaten Pasuruan
  4. Produk unggulan berupa hasil pertanian, hortikultura, flora dan fauna
  • Fun Bike
  1. Merupakan kegiatan olahraga dengan santai
  2. Sebagai sarana untuk memperkenalkan potensi Nongkojajar pada para peserta luar Kecamatan maupun Kabupaten Pasuruan
  3. Memiliki sepeda gunung serta kelengkapan untuk keselamatan berkendara
  4. Membayar uang pendaftaran yang sudah ditentukan oleh panitia
  5. Konsumsi di sediakan oleh panitia
  • Parade Budaya
  1. Setiap dusun dan kelompok partisipan lain diwajibkan beranggotakan minimal 150 orang
  2. Setiap peserta diwajibkan membawa ancak yang dihias dengan nuansa tradisional dan berisikan berbagai jenis makanan, bahan kebutuhan pokok ( tumpeng nasi, sayuran,dan buah-buahan ) dengan ukuran minimal persegi : 2X3X2,5 m
  3. Pakaian yang digunakan para peserta merupakan pakaian adat
  4. Menampilkan kesenian dari dusun yang turut serta berjalan menurut rute yang telah ditentukan
  5. Parade budaya di ikuti oleh 7 peserta yang berasal setiap dusun yang ada di Desa Wonosari
  • Parade Pelajar
  1. Setiap peserta menampilkan lagu atau tarian dengan nuansa tradisional
  2. Pakaian yang digunakan peserta merupakan pakaian adat nusantara

Minggu, 12 Juli 2009

Latar Belakang di adakan Grebeg Memetri Desa Wonosari


LATAR BELAKANG

UMUM

S

elamatan desa yang dilaksanakan setiap tahun oleh pemerintah dan dihadiri seluruh masyarakat desa dengan tujuan untuk memohon keselamatan desa dari segala : Mara bahaya, Bencana alam, Pagebluk, Paceklik, Kerusuhan yang disebabkan oleh manusia dan lain-lain. Wahana untuk mengoreksi diri sendiri dan masyarakat terhadap pembangunan desa, memohon rahmat dan berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ungkapan rasa syukur atas rahmat dan hidayah-Nya.

Konon pada zaman kolonial Belanda perekonomian di Desa Wonosari sudah terasa cukup makmur. Mengingat secara geografis Desa Wonosari Nongkojajar sangat strategis baik di sektor pertanian, peternakan dan wisata, hal itu terbukti dengan banyaknya perkebunan dan juga berdirinya hotel. Dengan kondisi itu membawa kebisaaan masyarakat dalam suatu aktifitas ekonomi dan perdagangan, sehingga terciptalah sebuah pasar tradisional yang berpusat di Dusun Ngadipuro. Seiring perjalanan waktu, perkembangan pasar tradisional tersebut melibatkan masyarakat tidak hanya dari Desa Wonosari Nongkojajar akan tetapi desa-desa di sekitarnya banyak yang mengadakan kegiatan perdagangan di pasar tersebut. Sayangnya secara hukum oleh pemerintah kolonial Belanda pada waktu itu pasar tersebut dianggap liar sehingga setiap pasukan Belanda melakukan patroli, kerap sekali bertindak anarkis dan sangat merugikan masyarakat yang melakukan aktifitas di pasar tersebut. Berawal dari kejadian inilah tokoh – tokoh masyarakat pada saat itu berkumpul dan urun rembug dan menelorkan sebuah kesepakatan yaitu mengadakan selamatan untuk memohon perlindungan dan rezeki kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Adapun bentuk acara tersebut yaitu selamatan keliling desa dengan membawa ancak dari semua dusun yang diarak keliling desa untuk mengiringi kepala sapi untuk dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai simbol pengorbanan atas sebagian rezeki yang telah diterima dan memohon keselamatan agar dalam aktifitas sehari-hari selalu mendapat lindungan Tuhan. Salah satu kepercayaan para tokoh atau masyarakat pada waktu itu adalah masih kentalnya dengan cerita pewayangan kisah Pandawa: tentang gonjang – ganjing negeri Astina, pada saat itu Pandawa dengan ditemani punakawan pergi ke hutan memohon bantuan kepada dewa atau Sang Hyang Widhi agar negerinya diberikan berkah kemakmuran. Pendawa Lima melakukan tapa Brata selama 40 hari. Setelah genap melakukan tapa Brata akhirnya wangsirpun muncul, bersamaan di depan Pendawa Lima berdiri seekor lembu. Menurut cerita lembu tersebut adalah lembu Andini yang merupakan kendaraan Betari Durga yang telah ditugaskan membantu Pandawa untuk keluar dari permasalahanya. Dan berdasarkan wangsir yang diterima akhirnya Pandawa kembali ke negerinya dengan membawa lembu Andini untuk dipelihara (Lembu atau sapi disebut rajakaya atau simbol harta benda yang lebih mengacu pada predikat duniawi) dan dimanfaatkan tenaganya untuk mengelolah tanah pertanian, dan diperah untuk diminum susunya. Lembu Andini dipelihara dan dirawat dengan sangat baik sampai akhirnya beranak pinak, seiring dengan itu pertanian dan perekonomian negeri Astina berkembang pesat layaknya Desa Wonosari Nongkojajar yang tercinta ini. Setelah dirasa cukup besar Lembu Andini dalam membantu permasalahan di negeri Astina, Pandawa pun sepakat mengembalikan lembu tersebut kepada Sang Hyang Widhi, berkaitan dengan hal itu Sang Hyang Widhi memberikan wangsir lewat Basu Dewa Krisna :

yang akhirnya Krisna memerintah kepada Pandawa untuk menyembelih kepala Lembu Andini dan dagingnya dibagikan kepada rakyatnya sedangkan kepalanya dikubur di pusat kota untuk dipersembahkan kepada Sang Hyang Widhi. Dari cuplikan cerita ini kemudian dicontoh oleh pemuka Desa pada saat itu. Rupanya doa para tokoh dan seluruh masyarakat kala itu benar – benar dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sejak saat itu keadaan desa Wonosari Nongkojajar menjadi lebih baik, Aktifitas di pasar Ngadipuro semakin aman, terbukti pada saat pasukan Belanda melakukan patroli seolah – olah tak menghiraukan segala aktifitas perdagangan di pasar tersebut. Masyarakat mempercayai setelah diadakan selamatan desa bisa merasakan perkembangan ekonomi waktu itu sehingga dijadikan satu adat yang dilaksanakam setiap tahun dan turun – temurun sampai saat ini.

KHUSUS

Desa Wonosari atau Nongkojajar utamanya merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan dan secara geografis terletak di lereng Pegunungan Tengger. Adalah merupakan akses utama menuju Gunung Bromo dari jalur Kecamatan Purwodadi. Desa Wonosari Nongkojajar terdiri dari 7 Dusun yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur sebagai Desa Wisata dengan berbagai kekayaan alam dan keragaman budaya maupun adat istiadat. Nongkojajar diharapkan dapat menjadi ujung tombak dalam pengembangan aset dan potensi daerah utamanya dalam bidang pariwisata.

Kegiatan Ritual Adat dalam acara Grebeg Memetri Desa yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat dan merupakan tradisi Nenek Moyang hingga sekarang telah menjadi salah satu moment penting yang perlu dilestarikan.

Oleh karena itu sejak tahun 2006 acara tahunan ini tidak hanya berupa acara ritual saja akan tetapi menyuguhkan semua ragam seni budaya tradisional yang ada di Desa Wonosari dan beberapa jenis hiburan yang bernuansa Agamis serta seni modern yang dikemas dalam sebuah festival dan parade budaya yang sengaja dijadikan suatu varian tujuan kegiatan, sehingga diharapkan masyarakat tertarik untuk berkreasi dan menampilkan kelebihan seni budaya masing-masing dengan. Selain itu Nongkojajar dengan hasil pertanian yang mempunyai keunggulan dari daerah lain berupa aneka sayur, buah dan bunga dalam kegiatan ini masyarakat diberi kesempatan untuk menggali, mengembangkan dan berkreasi makanan serta minuman terutama makanan khas tradisional yang diharapkan nantinya sebagai salah satu ciri khas untuk wisata kuliner.

Untuk memacu kreativitas masing-masing peserta yang terus berkembang , Panitia memberikan penghargaan dan piala bergilir juara umum dari masing-masing kategori, dari sini diharapkan agar seni budaya beserta kreasi-kreasi potensi wisata dapat terus dilestarikan dan dikembangkan.


Visi


Media seni budaya yang dikemas dalam sebuah konsep yang indah, sakral dan bersentuhan dengan nilai-nilai adat leluhur untuk membangun sebuah budaya daerah yang patut untuk dilestarikan dan dikembangkan.





Misi

  • Membangun konsep seni daerah guna menyaring budaya barat dan sekuler.
  • Menggairahkan semangat kreatifitas seni di kalangan masyarakat Desa Wonosari serta menciptakan wahana bagi pekerja seni yang bernafaskan budaya daerah untuk berkarya lebih professional.
  • Menciptakan kreatifitas masyarakat di bidang agrowisata dalam memaksimalkan produk unggulan Nongkojajar.
  • Mematangkan kesiapan masyarakat dalam menyambut program desa wisata.